Minggu, 06 Oktober 2013

BIOAKTIVITAS LIMONOID, SUATU JENIS TRITERPEN DALAM BIJI DUKU


BIOAKTIVITAS LIMONOID,
SUATU JENIS TRITERPEN
DALAM BIJI DUKU

Bijinya yang hijau sangat pahit biasanya digerus dengan air dan diberikan kepada anak-anak sebagai obat cacing. Biji juga dapat sebagai obat disentri dan demam malaria.
Boorsma (1913) dalam Heyne (1987) menunjukkan adanya zat pahit dan sedikit alkaloid di dalam biji duku.
Morton (1987) menyatakan bahwa biji duku mengandung senyawa alkaloid yang belum diketahui jenisnya, 1% resin yang larut dalam alkohol, dan dua senyawa pahit (bitter) yang bersifat toksik. Nishizawa et al. (1988) berhasil mengisolasi salah satu struktur dari
senyawa pahit ini yang diberi nama dukunolid A, B, C, D, E dan F. Semua senyawa dukunolid tersebut termasuk ke dalam kelompok bitter tetranortriterpenoid (limonoid atau
meliacin).
Biji buah duku sangat pahit; ekstraknya dapat digunakan sebagai obat cacing bagi anak-anak, penolak demam, dan obat diare

Senyawa Limonoid
Limonoid adalah suatu triterpenoid dengan atau turunan dari prekursor kerangka 4,4,8-trimetil-17-furanilsteroid
(Gambar 3.1). 
Gambar 3.1 Kerangka dasar senyawa limonoid, 4,4,8- trimetil-17-furanilsteroid.

Limonoid termasuk ke dalam metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tumbuhan yang termasuk ke dalam golongan Rutales, khususnya Famili Meliaceae. Pada tahun 1992 telah diisolasi lebih dari 300 limonoid. Limonoid merupakan karakter jenis tumbuhan dari Famili
Meliaceae yang melimpah dan bervariasi. Golongan senyawa ini dapat ditemukan pada bagian biji dari duku dan kokosan (Nishizawa et al., 1985, 1988; Saewan et al., 2006; Mayanti et al., 2009). Struktur limonoid juga ditemukan pada Famili Rutaceae dan Cneoraceae.
Akhir-akhir ini limonoid sangat menarik perhatian karena menjadi penanda bagi aktivitas antifeedant dan pengendali pertumbuhan serangga (Insect Growth
Regulator = IGR). Yang dimaksud adalah s enyawa azadirachtin dan limonoid-limonoid C-seco teroksidasi tinggi yang diperoleh dari tanaman nimba (Azadirachta
indica A. Juss) dan Melia azedarach L.

Biosintesis dan Evolusi Limonoid
Senyawa limonoid diperkirakan berasal dari Δ7- tirukallol [H-20, C-20(R)] atau Δ7-euphol [H-20, C- 20(S)]. Bentuk stereokimia dari prekursor senyawa limonoid tidak diketahui. Kebanyakan quassinoid dan C30 triterpen pada Rutales mempunyai konfigurasi C-20(R), seperti tirukallol sebagai precursor, tetapi pada daun A. indica, euphol yang berkonfigurasi C-20(S) diubah lebih banyak menjadi senyawa limonoid nimbolid dibandingkan tirukallol .
Menurut aturan yang disepakati bahwa ikatan Δ7 mengalami epoksidasi menjadi suatu 7-epoksida, yang kemudian epoksida tersebut terbuka dan menyebabkan terjadinya pergeseran Wagner-Meerwein dari metil pada karbon ke-14 ke karbon ke-8, sehingga dihasilkan gugus OH pada karbon ke-7 dan ikatan rangkap dua antara karbon ke-14 dan karbon ke-15. Rantai sampingnya membentuk siklik dengan kehilangan empat atom karbon dan membentuk cincin 17 β-furan. Tahap biosintesis ini selesai setelah terbentuknya kerangka 4,4,8- trimetilsteroid dengan sebuah rantai samping C-8 yang
lengkap, sebagaimana meliantriol (1) dan melianon (2) dari A. indica (Gambar 3.2).
 

Gambar 3.2 Jalur biosintesis sederhana senyawa limonoid

Permasalahan saya disini, bagaimana cara limonoid, dapat mengobati diare, bagaimana reaksianya???

2 komentar:

  1. baiklah saya akan mencoba menanggapi permasalahan Anda diatas..
    pada biji duku terdapat senyawa bioaktif terpenoid berupa senyawa limonoid. Senyawa limonoid ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, salah satunya sebagai obat diare seperti yang Anda katakan pada permasalahan Anda.
    Limonoid memiliki sifat antibakteri, sehingga senyawa ini dapat mengatasi atau mengobati diare sebab diare ini merupakan penyakit atau gangguan pencernaan akibat adanya bakteri yang menyebabkan timbulnya diare.
    Mekanisme kerja dari senyawa limonoid ini dalam mengobati diare ialah dengan menghambat sintesis dinding sel, menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, dan menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
    Penghambatan sintesis dinding sel bakteri
    Langkah pertama kerja obat berupa pengikatan obat pada reseptor sel (beberapa diantaranya adalah enzim transpeptida. Kemudian dilanjutkan dengan reaksi transpeptidase dan sintesis peptidoglikan terhambat. Mekanisme diakhiri dengan pembuangan atau penghentian aktivitas penghambat enzim autolisis pada dinding sel Pada lingkungan yang isotonis lisis terjadi pada lingkungan yang jelas hipertonik, mikrob berubah menjadi protoplas atau sferoflas yang hanya tertutup oleh selaput sel yang rapuh. Sebagai contoh antibakteri dengan mekanisme kerja di atas adalah penicilin, sefalosporin, vankomisin, basitrasin, sikloserin, dan ampisilin.
    Penghambatan Keutuhan Permeabilitas Dinding Sel Bakteri
    Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh selaput sitoplasma yang bekerja sebagai penghalang dengan permeabilitas selektif, melakukan fugsi pengangkutan aktif sehingga dapat mengendalikan susunan sel. Bila integritas fungsi selaput sitoplasma terganggu misalnya oleh zat bersifat surfaktan sehinga permeabilitas dinding sel berubah atau bahkan menjadi rusak, maka komponen penting, seperti protein, asam nukleat, nukleotida, dan lain-lain keluar dari sel dan sel berangsur-angsur mati. Amfoterisin B, kolistin, poimiksin, imidazol, dan polien menunjukkan mekanisme karja tersebut.
    Penghambatan sintesis Protein Sel Bakteri
    Umumnya senyawa penghambat ini akan menyebabkan Staphylococcus aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.
    Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
    Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.

    semoga dapat membantu...

    BalasHapus
  2. saya akan mencoba menjawab permasalahan anda, sy setuju dengan jawaban dr sdri. nofi, bahwa Limonoid memiliki sifat antibakteri, sehingga senyawa ini dapat mengatasi atau mengobati diare sebab diare ini merupakan penyakit atau gangguan pencernaan akibat adanya bakteri yang menyebabkan timbulnya diare.
    Mekanisme kerja dari senyawa limonoid ini dalam mengobati diare ada 4 cara yaitu :1. dengan menghambat sintesis dinding sel, 2. menghambat keutuhan permeabilitas dinding sel bakteri, 3. menghambat kerja enzim, dan 4. menghambat sintesis asam nukleat dan protein.
    saya mengambil salah satunya Penghambatan Sintesis Protein Sel Bakteri
    Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk. selain itu diare itu dapat disebabkan oleh bakteri yang masuk ke dalam tubuh kita, sehingga peran limonoid juga Limonoid juga aktif mengusir radikal bebas dari dalam tubuh. trims

    BalasHapus